>

Aku Sayang Nenek

Sabtu, 04 Januari 20140 komentar



Muka Widi ditekuk. Wajahnya cemberut. Sarapan pagi yang sedari tadi dihadapinya tidak disentuhnya. Ia tidak peduli kalau nanti ditinggalkan mobil Ayah. “Ayo cepat sarapan! Nanti kamu ditinggal Ayah. Itu lihat, Ayah sedang memanaskan mobil. Sebentar lagi Ayah berangkat,” tegur ibunya kepada Widi. Widi tak menanggapi. Ia hanya duduk diam. Mulutnya terkunci rapat. Widi sedang kesal – kesalnya, sejak kedatangan neneknya, Widi seperti di neraka. Langkah kaki Widi seolah dikekang.
Pagi – pagi di saat suara adzan Subuh belu lagi terdengar, muka Widi sudah terkena cipratan air. Nenek Widibmemang paling suka membangunkan Widi pagi – pagi sekali. Katanya, untuk melatih disiplin. Kalau tidak mau bangun, pasti Nenek akan menciprati mukanya dengan air. Padahal, tidur Widi saat itu sedang enak – enaknya. Jika sudah bangun, Nenek akan menyuruhnya cepat – cepat mengambil air wudhu untuk salat Subuh. Lalu, disuruhnya Widi belajar kemudian mandi, ganti baju, dan berangkat ke sekolah.
Nenek kini menjadi pengatur kehidupan Widi. Widi sudah mulai bosan dengan keberadaan Nenek di rumahnya. Nenek telalu benyak mengatur. Nenek selalu ingin tahu urusan Widi. Nenek juga sangat cerewet. “Lho, kok belum dimakan sarapannya. Apa masakan Nenek tidak enak?” tegur Nenek yang tiba – tiba sudah berdiri di dekat Widi, Widi terhenyak sejenak. “Apakah Widi mau Nenek suapin? Ah Widi kan sudah besar sekarang. Widi harus belajar mengerjakan sendiri semuanya. Apakah Nenek perlu menemani Widi sarapan?”. “Nih, Nenek suapin. Sesekali kamu mencoba nasi goreng bikinan Nenek, kami pasti ketagihan...”
Widi sudah tidak tahan. Widi segera menepinya dengan cukup keras. Sendok dan nasi itu  tumpah kelantai dan berantakan. “Nenek cerewet! Widi kan sudah bilang, Widi tidak mau sarapan. “Widi sudah bosan sama Nenek!,  Widi senang kalau Nenek pergi dari sini..!”.
Sepulang sekolah, Widi mengedap-endap. Tiba-tiba... “Widi sedang apa kamu, kenapa kamu mengendap - endap?”. E..e..e.. anu, Bu.” Suara Widi terbata-bata. “Enggak kok Bu. Widi tadi melihat tikus di situ,” kata Widi. “Widi ingin mengusirnya”. Kamu sekarang sudah pintar berbohong ya....?. Widi Ibu kasih tau bahwa, tadi siang Nenek sudah pulang. Widi pun angsung tersenyum. “Kenapa kamu tersenyum?” tanya Ibunya. Widi tersenyum karena besok hari libur dan rencananya besok kan Widi dan teman-teman Widi pergi ke Taman Safari.
Sudah sajak tadi ayam berkokok keras sekali dan matahari pagi juga bersinar terang tapi, itu semua tidak bisa membangunkan Widi. Widi masih terlelap dalam telurnya.”Widi! katanya mau pergi ke Taman Safari...”.  Taman Safari?!... Widi melempar selimutnya dan melompat dari tempat tidurnya. Widi melihat jam dinding. PUKUL TUJUH...!!! Aduh, aku terlambat...!!!. “Kok ibu tidak bangunin Widi..?. Widi sangat tergesa-gesa, ia tida tau ap yang mau ia lakukan. “Begini saja,” kata Ibu yang tiba-tiba punya ide melihat Widi kebingungan. “Sekarang kamu telepon saja ke sekolah”.
“Bagaimana?” tanya ibu. “Widi sudah di tinggal jauh, Bu..” jawab Widi lesu. Andai ada Nenek di sini..”. “Nenek?” guman Widi. “Bukanka Nenek yang paling rajin membangunkanmu setiap paginya, coba kalu ada Nenek pasti kamu akan berangkat bersama teman-temanmu” kata ibu. Widi pun menyesal atas perbuatannya yang telah menyakiti perasaan Neneknya. “Aku akan meminta maaf atas perbuatanku kepada Nenek” kata Widi yang berjanji.
Share this article :

Posting Komentar

 
My Account : Twitter
Copyright © 2013. Bibit Ilmu - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger