>

Perjalanan Pos Lukisan Attar

Minggu, 05 Januari 20140 komentar



“Surat itu suara hati” kata Mama. “Surat bisa mewakili pikiran, perasaan, dan kerinduan kita. Tergantung bagaimana kita memindahkan semua itu ke dalam bahasa yang kita tuliskan,” lanjut Mama. “Berarti susah, kan Ma, nulisnya?” tanya Attar. Sebuah bolpoin dan secarik kertas masih di kedua tangannya. “Tidak juga,” jawab Mama sambil memindahkan panci dari atas kompor. Attar menatap Mamanya dengan tatapan tak mengerti.



“Kuncinya hanya satu.” Lanjut Mama. “Apa itu, Ma?” tanya Attar makin penasaran. “Kejujuran,” ungkap Mama. “Walaupun kita sedang marah?” tanya Attar seperti akan memprotes. Mamanya mengangguk sambil tersenyum. “Makasih, Ma,” jawab Attar terus berlari masuk ke kamar, mengunci pintu, dan mulai menulis surat. Mamanya menatap anak semata wayangnya itu dengan penuh kasih.

               

                Di dalam kamar, Attar asyik menulis surat untuk Rini. Ada kekecewaan yang dia tuliskan, mengapa Rini harus pindah sehingga ia kini harus duduk sendiri. Rini adalah sahbat dekatnya yang paling tahu keinginannya. Tetapi, sejak Rini mengikuti orang tuanya pindah tugas ke NTB, ia merasa sendirian di dunia. Rini tidak pernah memberinya nomer telpon karena, rumah yang ditempatinya jauh dari kota. Satu – satunya alat untuk berkomunikasi dengan dunia luar hanya lewat surat. Walaupun ada ponsel, tetapi tidak ada gunanya karena tidak ada sinyal.



                Hampir satu jam Attar mencoba menulis surat, namun tak satu pun kalimat yang dapat dituliskannya. Hingga akhirnya, Mama mengetuk pintu, “Sudah jadi belum suratnya?” tanya Mama dari luar. Dengan cepat Attar merobek surat itu dan memasukkanya ke tempat sampah kering di dalam kamarnya. Ia malu kalau apa yang baru saja ditulisnya dilihat oleh Mama. “Attar tidak bisa, Ma,” jawab Attar. Mukanya tampak kemerahan menhan malu. “Kalau tidak bisa menulis surat, lebih baik kamu menggambar,” kata Mama.



                Attar mulai mempersiapkan kertas gambar. Tangan – tangan kecilnya mulai membuat coretan di kertas. Hampir satu jam Attar membuat lukisan. “Ma, ini sudah jadi. Bisa nggak di kirimkan untuk Rini?” tanya Attar. “Bisa, tetapi harus dikemas dulu agar tidak rusak. Besok Mama saja yang mengirimkannya,” kata Mama. “Attar saja yang mengantarkan,” jawab Attar pasti. “Apakah kamu bisa?” tanya Mama agak ragu. Attar mengangguk pasti, tetapi hatinya masih bertanya – tanya, bagaimana perjalanan sebuah lukisan bisa sampai ke tangan Rini?



                Keesokan harinya, setelah sarapan dan berpamitan dengan Mama, Attar segera berangkat ke sekolah. Attar dengan gembira membawa serta lukisan buatanya untuk dikirim kepada Rini, sepulang sekolah nanti.



                Sepulang sekolah, Attar bergegas menuju kantor pos sambil membawa lukisan untuk Rini. Attar sudah sampai di kantor pos. Ia menatap setiap loket yang melayani berbagai jenis pengiriman yang berbeda. Attar bingung dan langsung menanyakan kepada petugas kantor pos yang bernama Titik Widiati. “Bu, saya ingin mengirim lukisan untuk teman saya yang berda di NTB” kata Attar kepada petugas kantor pos itu. “Sudah beli prangkonya?” tanya petugas itu.  “Belum,” jawab Attar. Bu Titik kemudian mengeluarkan amplop besar dan memasukkan lukisan itu ke dalamnya. Attar mengamati dengan saksama.

                “Setelah itu, tulislah nama da alamat tujuan,” lanjut Bu Titik lagi. “Kalau memakai alamt sekolahnya boleh tidak, Bu?” tanya Attar. “Boleh saja, tetapi alamatnya harus jelas,” jawab Bu Titik degan ramah. “Dan jangan lupa juga, tuliskan nama dan alamt pengirim pada bagian belakang amplop,” kata Bu Titik mengingatkan.



                Setelah itu, Attar memilih perangko yang akan dibeli untuk lukisannya yang akan dikirim. “Ada prangko biasa, prangko kilat, dan prangko khusus,” jelas Bu Titik. “Mau prangko yang mana?” tanya Bu Titik. “Yang biasa saja, Bu,” jawab Attar. Bu Titik kemudian, menempelkan prangko ke amplop Attar. Kemudian, prangko yang sudah tertempel itu dicap. “Lukisanmu sudah selesai di proses, sekarang tinggal dikelompokkan kemudian dikirim ke kantor pos tujuan. Lalu petugas kantor pos tersebut akan yang akan mengantarnya ke alamat tujuan,” jelas Bu Titik. “Oh, jadi begitu, ya. Terimah kasih, Bu. Attar pamitan pulang.
Share this article :

Posting Komentar

 
My Account : Twitter
Copyright © 2013. Bibit Ilmu - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger